Full Day School, KEMENDIKBUD Harus Belajar Dari Pesantren
Ide Full Day School, atau Sekolah Sehari Penuh yang dihembuskan oleh KEMENDIKBUD yang baru dilantik, Muhadjir Effendy baru-baru ini menuai banyak kritik.
Tidak hanya dari pihak guru sebagai tenaga pendidik, mulai dari artis hingga pejabat sekelas Gubernur juga tidak telat memberikan komentarnya.
Ketua Komisi PAI, Kak Seto menegaskan Full Day School bisa merampas kebersamaan anak dengan keluarga.
Bahkan, tidak sedikit yang mencibir gagasan KEMENDIKBUD ini, salah satunya yang datang dari artis Ahmad Dhani, dia mengatakan "Orang yang membuat ide ini stres, orang tua juga stres, jangan buat anak-anak ikut-ikutan stres", sebagaimana dilansir dari Jpnn.com
Sebenarnya Full Day School yang digulirkan KEMENDIKBUD ini tidak lantas menuntut siswa ataupun guru untuk memperbanyak materi pelajaran, akan tetapi bisa diisi dengan pelajaran ekstra kulikuler.
Terlepas dari kontroversi tentang Full Day School ini, Jika memang KEMENDIKBUD akan merealisasikan rencana ini, mereka harus belajar kepada sistem Pendidikan Pesantren.
Baca Selengkapnya : Berbagai Macam Tanggapan Terhadap Ide Full Day School KEMENDIKBUD
Kenapa? Karena Pesantren yang merupakan sistem pendidikan tertua di Indonesia, sudah sejak lama menerapkan sistem Full Day School, bahkan Full 24 Hour School, sistem pendidikan 24 Jam. Hebat kan?
Di Dunia Pesantren ada doktrin yang senantiasa ditanamkan kepada para santri, yaitu "Long Life Education", pendidikan seumur hidup.
Doktrin tersebut berdasarkan dalil Hadith Rasulullah saw, "Tuntutlah Ilmu dari buayan ibu, hingga keliang lahat"
Dibidang kegamaan, Pondok Pesantren sudah tidak usah diragukan lagi, Dan terbukti sistem pendidikan Pondok Pesantren mampu berbicara banyak di pentas Nasional dan International.
Bahkan, peran santri yang notabene siswa pesantren, menjadi garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Mungkin banyak yang bertanya, seperti apakah sistem Full Day School di Pondok Pesantren? Berikut ini akan kami berikan gambarannya.
Full Day School Ala Pesantren
Secara formal, memang pendidikan yang dicanangkan di Pesantren berbeda-beda antara satu pesantren dengan pesantren yang lain.
Namun, seluruh kegiatan dan kehidupan di Pesantren keseluruhan merupakan upaya pendidikan, dan justru layak di beri lable Full 24 Hour School, Pendidikan dan pembelajaran 24 Jam Penuh / Sehari Semalam.
Bagaimana tidak, santri di pesantren memliki sejumlah kegiatan formal dan non formal. Untuk yang formal memang memiliki alokasi waktu tertentu.
Sementara pendidikan Non Formal memiliki rentang waktu tanpa batas, mulai dari pembentukan karakter, peningkatan spiritual dan lain sebagainya.
Gambaran Kegiatan Pendidikan Pesantren
Kegiatan di Pondok Pesantren ditunjau dari jenisnya biasanya dibagi menjadi dua, yaitu Formal atau biasa disitilahkan dengan Madrasiyah, dan Non Formal atau Ma'hadiyah.
Formal, artinya pendidikan yang menggunakan jenjang kelas dan tingkatan tertentu seta terdaftar pada kementerian Agama, atau KEMENDIKBUD
Sementara Non Formal, adalah pendidikan yang tidak menggunakan izin dan kurikulum yang ditetapan oleh Kementerian Agama ataupun KEMENDIKBUD.
Sementara dari segi waktu, kegiatan pesantren lumrahnya dibagi menjadi 3 Bagian atau bahkan lebih. yaitu :
1. Kegiatan Harian
Kegiatan yang pertama ini cukup banyak, lantaran aktifitas santri direkam dan dibentuk oleh pesantren mulai dari mereka bangun tidur hingga tidur kembali.
Artinye, pesantren memiliki program-program pendidikan yang harus dilaksanakan oleh para santri setiap harinya.
2. Kegiatan Mingguan
Kegiatan mingguan biasanya dilaksanakan pada hari dan waktu tertentu setiap minggunya, seperti pembacaan Sholawatan, Yasinan, Hataman al-Quran dan lain sebagainya.
3. Kegiatan Bulanan
Kegiatan Bulanan, disebagian pesantren mencanangkan kegiatan yang bersifat esktra kulikuler, dan peningkatan keilmuan khususnya untuk santri terpilih dan senior.
Salah satu contoh kegiatan tersebut, antara lain musyawarah kitab se-pesantren, atau study tour dan lain sebagainya.
4. kegiatan Tahunan
Sementara kegiatan tahunan, lebih pada kegiatan pendidikan yang dilakukan pada even-even tertentu, misalnya pada acara Haul Pendiri Pesantren, atau Haflah Akhir Tahun.
Pendidikan Pesantren = Long Life Education
Doktrin Long Life Education, sejatinya sudah ditanamkan sejak santri baru masuk ke Pondok Pesantren.
Mereka sudah mendapatkan pembelajaran tentang pentingnya pendidikan sejak mulai mereka terlahir di dunia hingga mereka kembali ke masyarakat dan meninggal dunia kelak.
Dampak dari doktrin ini, dapat diketahui ketika santri mulai turun ditengah-tengah masyarakat, mereka tidak kebingungan mencari pekerjaan. Kenapa?
Karena tugas utama santri adalah mendidik dan pendidikan, mereka senantiasa sibuk untuk mendidik diri, keluarga dan masyarakat setempat.
Bahkan, banyak ditemukan santri yang selalu haus akan ilmu pegetahuan meski mereka sudah sibuk dengan rumah tangga.
Mereka tidak segan-segan untuk terus belajar, mengaji, dan sowan kepada para kiainya untuk mendapatkan tambahan Ilmu.
Maka jelas, peraktek tersebut merupakan pengejuantahan doktrin Long Life Education, yang disandarkan kepada Hadith Rasulullah saw.
Tiga Ranah Objek Pendidikan Pesantren
Jangan dikira pesantren hanya mengajarkan mengaji al-Quran. mengaji kitab, atau ilmu agama saja.
Sejak awal, Pesantren sudah menerapkan pendidikan yang dapat mencakup tiga ranah sekaligus, yaitu Kogintif [Pendidikan Intelektual], Afektif [Pendidikan Spritual], dan Psikomotorik [Pendidikan Kreatifitas]
Berikut ini beberapa contoh pendidikan pesantren yang mencakup tiga ranah diatas :
1. Aspek Intelektual / Kognitif
Tentu yang dimaksud aspek pertama ini, adalah kegiatan belajar mengajar yang sudah dilakukan oleh pesantren.
Santri tidak hanya diwajibkan sekolah dan mengaji, tapi mereka juga diwajibkan untuk belajar, mengulangi pelajaran, hafalan dan lain sebagainya.
Tidak hanya al-Quran yang mereka hafalkan dan pelajari, banyak karya ulama, khususnya yang berbentuk syair, mereka hafalkan, dan dipahami keseluruhan.
Artinya, pendidikan pesantren sangat menyentuh aspek Koginitif dan bisa jadi lebh manjur ketimbang pendidikan formal.
Baca Juga :
Baca Juga :
2. Aspek Afektif / Spritual
Aspek kedua ini juga tidak luput dari bidikan pendidikan pesantren sejak awal, karena di dunia pesantren ada sebuah kepercayaan " Ilmu Tanpa Amal, Bagaikan Tumbuhan Tak Berbuah".
Santri diharapkan mampu mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah didapat untuk selanjutnya disebarkan ditengah-tengah masyarakat.
Guna meningkatkan pendidikan aspek afektif ini, pesantren memberikan berbagai macam kegiatan yang dapat mendukungnya.
Seperti pendidikan akhlak, kewajiban membaca doa dan wirid, kewajiban shalat berjamaah, diajarkan untuk hidup sederhana, makan sederhana, hidup mandiri dan lain sebagainya.
3. Aspek Psikomotorik
Di Pesantren, sejak dulu sudah ada pendidikan pada aspek psikomotorik ini. Jika kita membaca sejarah para ulama Indonesia yang dulu hidup dan belajar di Pesantren, maka bisa kita temukan banyak diantara mereka yang pandai berkebun pandai berternak, bahkan lihai dibidang masak-memasak.
Saat ini, dibeberapa pesantren sudah diajarakan berbagai macam ektra kulikuler yang menyentuh berbagai bidang.
Diantaranya, dibidang jurnalistik, ekonomi, bahasa, bidang dakwah, bidang keorganisasian, bahkan bidang IT dan lain sebagainya.
Dan masih banyak lagi dinamika pendidikan pesantren yang patut kita jadikan bahan pertimbangan untuk pendidikan Indonesia kedepan.
Nah, demikian gambaran Pendidikan pesantren yang harus diketahui, dan jika KEMENDIKBUD masih ngotot untuk mencanangkan ide Full Day School, mereka harus belajar dari Pesantren.
full day school kayaknya khusus buat anak menteri itu saja deh pantesnya ;D
BalasHapusWah bahaya nih TIM KACAU entar kenak tangkap loo
HapusHm, iya ya Kang. Kudu belajar pada pesantren kalo mau menerapkan full day school
BalasHapusbetul kang mugniar hehehe
Hapus