Tidak Semua "Kullun" Dalam Bahasa Arab Berarti Semua [Analisi Hadits, Dalam Tinjauan Mantiq]
Pertumbuhan pemahaman tentang Islam, saat ini semakin beragam, dan bermacam-macam, sebut saja HTI [Hizbut Tahrir Indonesia], dengan doktrin Khilafahnya, Wahhabi / "Salafi" dengan doktrin anti bid'ahnya, Sy'ah dengan Doktrin Fanatisme Ali dan lain sebagainya.
Disisi lain, masyarakat muslim Indonesia, juga acapkali dengan mudah mengikuti pemahaman tersebut, hanya saat pertamakali mengenalnya, tanpa mengetahui lebih dalam tentang konsep pemikirannya terlebih dahulu.
Pada kesempatan kali ini, saya hanya akan sedikit mengupas salah satu diantara doktrin Wahhabi yang dengan percaya diri mengklaim bahwa "semua bid'ah sesat" tanpa perkecuali.
Bagi masyarakat awam, mungkin doktrin ini langsung diterima, sebab biasanya Wahhabi secara brutal langsung mencomot hadits Rasulullah saw, tanpa melalui pemahaman para ahli hadits. Hadits tersebut adalah :
حديث العرباض بن سارية رضي الله عنه ، وفيه قوله صلى الله عليه وسلم : - وإياكم ومحدثات الأمور ؛ فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة
Hadits al-'Irbadh bin Sariyah ra, di dalamnya terdapat sabda Rasulullah saw, "berhatihatilah kalian terhadap hal-hal yang baru, [sebab], semua yang baru adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat" di takhrij oleh Abu Dawud.
حديث جابر بن عبد الله رضي الله عنه ، وفيه أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول في خطبته : ( إن أصدق الحديث كتاب الله ، وأحسن الهدي هدي محمد ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار ) أخرجه بهذا اللفظ النسائي في سننه
Hadits Jabir bin Abdullah ra, di dalamnya terdapat sabda Rasulullah saw dalam sebuah khutbah, sebenar-benarnya hadits [perkataan ] adalah Kitab Allah swt [al-Quran], dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad [Hadits Rasulullah saw], sejelek-jeleknya perkara adalah yang baru, dan semua yang baru adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat, dan semua kesesatan di dalam neraka" hadits ini di takhrij oleh al-Imam al-Nasai, dalam Sunan an-Nasa'i
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang dijadikan landasan filosofis tentang bid'ah, yang mana Wahhabi senantiasa menjadikan hadits tersebut sebagai doktrin, bahwa semua bid'ah sesat, tanpa terkecuali.
Apakah benar "Kullun" dalam bahasa arab berarti "Semua"?
Seperti yang telah disinggung diatas, tulisan ini hanya akan mengambil objek lafadz "Kullun", untuk selanjutnya dianalisis menggunakan disiplin ilmu "Mantiq".
Sebab, selain dari segi kebahasaan, banyak sekali bukti bahwa lafadz "kullun" bukan berarti semua, melainkan bisa saja sebagian. Dan tentunya, sesuai dengan topik, saya tidak akan mengulasnya disini.
Bukti Lain "Kullun" Tidak Berarti Semua
Untuk mempertajam sebuah kesimpulan, tentu dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat pula, nah berkenaan dengan lafadz "Kullun" ini, disini saya akan mensadur salah satu sabda Rasulullah saw.
عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : (( كلكم راع ، وكلكم مسئول عن رعيته ، والأمير راع ، والرجل راع على أهل بيته ، والمرأة راعية على بيت زوجها وولده ، فكلكم راع ، وكلكم مسئول عن رعيته )) متفق عليه
Dari Ibnu Umar ra. Dari Nabi saw, bersabda "Setiap kalian adalah pengembala, dan setiap kalian kelak akan ditanya tentang kembalaannya, seorang laki-laki pengembala [pemimpin] bagi keluarganya dirumah, seorang istri pengembala [pemimpin] bagi rumah suami dan anak-anaknya, maka setiap kalian adalah pengembala [pemimpin], dan setiap kalian akan ditanyakan [dimintai pertanggung jawaban] tentang kembalaannya [yang dipimpinnya]" HR. Bukhari Muslim
Dalam hadits diatas, jelas Rasulullah saw. menggunakan lafadz "Kullun", yang sementara oleh sebagian pihak "termasuk" wahhabi diartikan "semua/ setiap sesuatu". Apakah demikian?
Bukankah semua pemimpin memang akan dimintai pertanggung jawaban? bukankah setiap manusia kelak akan ditanyakan tentang seluruh amalnya? Jika memang hanya sebagian, bukankah nantinya bertentangan dengan hadits tersebut diatas?
Dan sangat dimungkinkan masih terbuka lebar ruang pertanyaan tentang analisis hadits diatas, terutama jika nantinya lafadz "Kullun" tidak berarti semua / setiap sesuatu.
Identifikasi Masalah
Dalam ilmu Mantiq, guna menyusun Qiyas "silogisme", sehingga menghasilkan konklusi [kesimpulan] yang benar, dibutuhkan pemahaman mendetail tentang proposisi [Qodhiyah], yang menjadi premis [Muqaddimah Sughro, maupun Kubro] yang disusun, dan harus dipastikan pula, bahwa susunan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan.
Dalam hadits diatas, terdapat proporsi yang selanjutnya akan kita kaji, yakni kata :
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Setiap kalian adalah pengembala [pemimpin], dan akan ditanyakan [dimintai pertanggung jawaban] tentang kembalaannya [yang dipimpinnya].
Jika kita perhatikan secara seksama, Proposisi diatas masuk dalam proposisi Kategoris [Qadiyah Hamliyah], sebab tidak ditemukan adat syarat, seperti yang lumrah terdapat pada Proporsi Kondisional [Qodiyah Syarthiyah]
Sementara susunannya, proposisi diatas, terdiri dari premis major brupa lafadz "كلكم راع" dan premis minor berupa lafadz "كلكم مسؤول عن رعيته". Dengan kualitas masing-masing sama, yakni Universal Affirmatif [Kulliah Mujabah].
Sementara dalam Proposisi Kategoris ini, ada aturan untuk mendapatkan konklusi yang benar, yakni dengan cara memperhatikan posisi "Terma Tengah" [al-Had Awsath], pada tiap premis.
Dan dalam hadits diatas, Terma Menengah berstatus Subyek pada dua premis, sehingga susunan ini masuk dalam bentuk ke-tiga dalam Syakl, seperti yang dijelaskan dalam Sullam Munawwaraq:
ووضعه في كل ثالثا ألف
"dan posisi Had Awsath berada diposisi subyek [pada kedua premis], diketahui sebagai bentuk ketiga"
Pada bentuk ketiga, setidaknya ada dua syarat, yang harus terpenuhi, yakni :
- Premis Minor harus memiliki Kualitas [Kaifiyah] positif [Mujabah]
- Salah satu premis [major ataupun minor] harus universal [Kulliyah]
Dari kedua syarat diatas, proposisi hadits diatas sudah memenuhi syarat, sebab premis minor [كلكم راغ] sudah memiliki kualitas positif, dan salah satu premis [atau kedua] premis, sudah berupa universal
Sebelum sampai pada sebuah konklusi, perlu dipahami pula, Mood [Dhurub] pada bentuk [Syakl] ketiga ini. Menurut Syaikh al-Damanhuri, entuk ketiga memiliki enam Mood, yakni :
- Universal Positif + Universal Positif = Partikular Positif
- Partikular Positif + Universal Positif = Partikular Positif
- Universal Positif + Partikular Positif = Partikular Positif
- Universal Positif + Universal Negatif = Partikular Negatif
- Partikular Positif + Universal Negatis = Partikular Negatif
- Universal Positif + Partikular Negatif = Partikular Negatis
Seperti yang disebutkan dalam nadzamnya :
وثالث ست وهي كل فكل # بعض فكل عكيه بعض فقل
كل فلا بعض فلا كل قفي # بليس فيها النتج ليس فاقتفي
Dari keenam Mood tersebut, posisi dari proposisi dalam hadits seudah jelas masuk kategori yang pertama, yakni Universal Positif [Premis Major ]+ Universal Positif [Premis Minor] dengan konklusi Partikular Positif
Nah, dari rumusan Ilmu Mantiq ini, bisa disimpulkan, bahwa proposisi dari hadits :
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Adalah :
بعضكم مسؤول عن رعيته
Sebagian kalian akan ditanyakan [dimintai pertanggung jawaban], tentang / atas kembalannya [yang dipimpinnya]. Jadi hanya sebgain saja orang yang akan dimintai pertanngung jawaban.
Mungkin akan ada yang mengatakan konklusi / kesimpulan ini ngawur, tidak ada landasan kan? Eits, tunggu dulu, sebab jika anda berkesimpulan seperti itu, sama saja anda mengatakan Rasulullah saw, hanya asal berbicara, dan ngawur juga.
Kita sepakat, bahwa Rasulullah saw, tidak mungkin bersabda kecuali berupa wahyu kan? Ttiti. Sementara itu, Wahyu yang datangnya dari Allah swt. tidak mungkin bertentangan dengan ilmu pengetahuan, dalam hal ini termasuk Ilmu mantiq. Betulkan?
Nah, Kesimpulan diatas, sama sekali tidak ngawur, justru hal tersebut membuktikan bahwa Rasulullah saw, adalah manusia yang sempurna, cerdas, bahkan bisa dikatakan ahli Ilmu Mantiq.
Kesimpulan diatas, sama sekali tidak bertentangan dengan agama, sebab Rasulullah saw Rasulullah saw. sendiri pernah menjelaskan 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab [hadits Bukhari Muslim]. Artinya tanpa dimintai pertanggung jawaban.
Dalam hadits lain dengan sanad yang shahih, Rasulullah saw. juga bersabda:
عن عبدالرحمن بن عوف عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: ((أبو بكر في الجنة، وعمر في الجنة، وعثمان في الجنة، وعلي في الجنة، وطلحة في الجنة، والزبير في الجنة، وعبد الرحمن بن عوف في الجنة، وسعد بن أبي وقاص في الجنة، وسعيد بن زيد في الجنة، وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة
Dari Abdurrahman bin 'Auf, dari Nabi saw, beliau bersabda "Abu Bakar di Surga, Umar bin Khttab di surga, Utsman bin Affan di Surga, Ali bin Abi Thalib di surga, Thalhah bin 'Buaidillah di Surga, Zubair bin Awwam di Surga, Abdurrahman bin 'Auf di surga, Sa'd bin Abi Waqqash di Surga, Sa'id bin Zaid Di Surga, dan Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah di Surga" (HR. Imam Ahmad, dan al-Tirmidzi),
Wallahu A'lam.
Sumber Rujukan :
- Kitab ShahihBukhari
- Kitab Shahih Muslim
- Sunan al-Nasai
- Sunan al-Tirmidzi
- Musnad Imam Ahmad bin Hanbal
- Sullam al-Muawwaraq
wah kalau dah sampai ilmu mantiq perlu kajian dan analisis yang mendalam ya mas
BalasHapus