Mengenal Lebih Dekat Syekh Nawawi Banten - Ulama Dunia Asal Indonesia
Galeri Kitab Kuning | Islam memang muncul di timur tengah, atau Arab, namun bukan berati masyarakat Timur tidak memiliki tokoh-tokoh muslim yang terkenal.
Sebut saja Syekh Nawawi, orang indonesia, tepatnya dari Banten - Jawa Barat, yang namanya harum dan disegani di seluruh dunia lewat karya-karya tulisanya.
Mungkin diantara pembaca, sosok Syekh Nawawi al-Banteni memang sudah tidak asing lagi. Sebab beberapa kitabnya kerap jadi bahan bacaan dan rujukan.
Baca Juga : Download Kitab Karya-karya Syekh Nawawi Banten
Namun bagaimana kisah kehidupan beliau? mungkin banyak yang belum mengetahui. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya kita lakukan kilas balik, mengenang salah satu sosok tokoh ulama nusantara yang satu ini.
Biografi Syekh Nawawi Banten
Lahir di Tanara, tahun 1813 M. Beliau adalah seorang ulama besar, penulis, dan pendidik dari Banten, Jawa Barat, yang bermukim di Mekah. Nama aslinya adalah Nawawi bin Umar bin Arobi.
Ia disebut juga Nawawi al-Bantani. Di kalangan keluarganya, Syaikh Nawawi al-Jawi dikenal dengan sebutan Abu Abdul Mu'ti.
#Silsilah Syekh Nawawi
Ayahnya bernama KH Umar bin Arabi, seorang ulama dan penghulu di Tanara, Banten.
Dari silsilah keturunan ayahnya, Syaikh Nawawi merupakan keturunan Maulana Hasanuddin (Sultan Hasanuddin), putra Maulana Syarif Hidayatullah.
Syaikh Nawawi terkenal sebagai salah seorang ulama besar di kalangan umat islam internasional. Ia dikenal melalui karya-karya tulisnya.
Berikut ini adalah silsilah nasab beliau:
1. Umar bin
2. Arabi bin
3. Ali bin
4. Jamad Bin
5. Janta bin
6. Mas bugel bin
7. Masqun bin
8. Masnun bin
9. Maswi bin
10. Kiai Tajul Arusy Tanara / Pangeran Sunyararas bin
11. Maulana Hasanudin Banten bin
12. Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon bin
13. Raja Umdatuddin Syarif Abdullah bin
14. Ali Nurul Alam bin
15. Jamaluddin Akbar Al-Husaini Bin
16. Imam Syayid Ahmad Syah Jalal bin
17. Abdullah AZMATKHAN bin
18. Amir Abdullah Malik AZMATKHAN bin
19. Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
20. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin
21. Sayyid Ali Khali’ Qasam bin
22. Sayyid Alwi bin
23. Sayyid Muhammad bin
24. Sayyid Alwi bin
25. Imam Ubaidillah bin
26. Imam Ahmad Al-Muhajir bin
27. Imam Isa al-basri bin
28. Imam Muhammad Naqib bin
29. Imam Ali Uraidh bin
30. Imam Ja’far ash-Shadiq bin
31. Imam Muhammad al-Baqir bin
32. Imam Ali Zainal Abidin bin
33. Sayyidina Husain bin
34. Sayyidina Ali bin Abi Thalib + Sayyidatuna Fathimah Zahrah binti
35. Sayyidina Nabi Muhammad SAW
Beberapa julukan kehormatan dari Arab Saudi, Mesir dan Suriah diberikan kepadanya, seperti Sayid Ulama al-Hijaz, Mufti, dan Fakih. Dalam kehidupan sehari-hari, ia tampil dengan sangat sederhana.
Beliau adalah seorang ulama besar, penulis, dan pendidik dari Banten, Jawa Barat, yang bermukim di Mekah. Nama aslinya adalah Nawawi bin Umar bin Arobi. Ia disebut juga Nawawi al-Bantani.
#Riwayat Pendidikan Syekh Nawawi Banten
Sejak kecil Syaikh Nawawi telah mendapat pendidikan dengan agama dari orang tuanya. Pada usia lima tahun, Syaikh Nawawi belajar langsung di bawah asuhan ayahnya.
Mata pelajaran yang diterimanya antara lain bahasa Arab, fiqih, dan ilmu tafsir. Selain itu ia belajar pada Kiai Sahal di daerah Banten dan Kiai Yusuf di Purwakarta.
Pada usia 15 tahun ia pergi mennunaikan ibadah haji ke Mekah dan bermukin di sana selama 3 tahun.
Di Mekkah Ia belajar pada beberapa orang Syaikh yang Bertempat tinggal di Masjidil Haram seperti Syaikh Ahmad Nahrowi, Syaikh Ahmad Dimyati dan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.
Ia juga pernah belajar di Madinah di bawah bimbingan Syaikh Muhammad Khatib Al-Hambali.
Sekitar tahun 1248 H/1831 M ia kembali ke Indonesia. Di tempat kelahirannya, ia membina pesantren peninggalan orangtuanya.
#Kembali Ke Mekah
Karena situasi politik yang tidak menguntungkan, ia kembali ke Mekah setelah 3 tahun berada di Tanara dan meneruskan belajar di sana.
Sejak keberangkatan yang kedua kalinya ini, Syaikh Nawawi tidak pernah kembali ke Indonesia.
Baca Juga : Mengenal Habib Hasan Baharun, Pendiri Pon Pes Dalwa
#Guru-guru Syekh Nawawi Banten
Menurut catatan sejarah, di Mekah ia berupaya mendalami ilmu-ilmu agama dari para gurunya, seperti Syaikh Muhammad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Goni Bima, Syaikh Yusuf Sumulaweni, dan Syaikh Abdul Hamid Dagastani.
Setelah Syaikh Nawawi memutuskan untuk memilih hidup di Makkah dan meninggalkan kampung halamannya, beliau menimba ilmu lagi di Mekkah selama 30 tahun.
Kemudian pada tahun 1860 Syaikh Nawawi mulai mengajar di lingkungan Masjidil Haram. Prestasi mengajarnya pun cukup memuaskan karena dengan kedalaman pengethuan agamanya, beliau tercatat sebagai Syaikh.
#Murid-Murid Syekh Nawawi
Murid-muridnya berasal dari berbagai penjuru dunia, ada yang berasal dari Indonesia, seperti KH Kholil (Bangkalan, Madura), KH Asy‟ari (Bawean, Madura), dan KH Hasyim Asy‟ari (Jombang, Jawa Timur). Adapula yang berasal dari Malaysia, seperti KH Dawud (Perak).
Ia mengajarkan pengetahuan agama secara mendalam kepada murid-muridnya, yang meliputi hampir seluruh bidang.
Di samping membina pengajian, melalui murid-muridnya Syaikh Nawawi memantau perkembangan politik di tanah air dan menyumbangkan ide-ide dan pemikirannya untuk kemajuan masyarakat Indonesia.
Di Mekah ia aktif membina suatu perkumpulan yang disebut Koloni Jawa, yang menghimpun masyarakat Indonesia yang berada di sana.
Aktifitas Koloni Jawa ini mendapat perhatian dan pengawasan khusus dari pemerintah kolonial Belanda. Syaikh Nawawi memiliki beberapa pandangan dan pendirian yang khas. Di antaranya, dalam menghadapi pemerintah kolonial, ia tidak agresif atau reaksioner.
#Fokus Pada Pendidikan
Namun demikian, ia sangat anti bekerja sama dengan pihak kolonial dalam bentuk apapun. Ia lebih suka mengarahkan perhatiannya pada pendidikan, membekali murid-muridnya dengan jiwa-jiwa keagamaan, dan semangat untuk menegakkan kebenaran.
Adapun terhadap orang kafir yang tidak menjajah, ia membolehkan umat islam berhubungan dengan mereka untuk tujuan kebaikan dunia.
Baca Juga : Mengenal Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, Guru Habib Rizieq Shihab
Ia memandang bahwa semua manusia adalah saudara, sekalipun dengan orang kafir. Ia juga mengangggap bahwa pembaharuan dalam pemahaman agama perlu dilakukan untuk terus menggali hakikat kebenaran.
Dalam menghadapi tantangan zaman, ia memandang umat Islam perlu menguasai berbagai bidang keterampilan atau keahlian.
#Cara Pandang Syekh Nawawi
Ia memahami “perbedaan umat adalah rahmat” dalam konteks keragaman kemampuan dan persaingan untuk kemajuan umat islam.
Dalam bidang syariat, ia mendasarkan pandangannya pada AlQur‟an, Hadis, Ijma‟, dan Qiyas. Ini sesuai dengan dasar-dasar syariat yang dipakai oleh Imam Syafi'i karena dalam masalah fiqih ia mengikuti mazhab Syafi'i.
Mengenai ijtihad dan taqlid, ia berpendapat bahwa yang termasuk mujtahid (ahli ijtihad) mutlak ialah Imam Syafi‟i, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali.
Bagi mereka haram bertaklid, sedangkan orangorang selain mereka, baik sebagai mujtahid fi al-mazhab, mujtahid al-mufti, maupun orang-orang awam/masyarakat biasa, wajib taklid pada salah satu mazhab dari mujtahid mutlaq.
#Kecerdasan Dan Karya-Karya Syekh Nawawi
Kelebihan Syaikh Nawawi telah terlihat sejak kecil. Ia hapal al-Qur‟an pada usia 18 tahun. Sebagai seorang Syaikh, ia menguasai hampir seluruh cabang ilmu agama, seperti ilmu tafsir, ilmu tauhid, fiqih, akhlak, tarikh, dan bahasa Arab. Pendirian-pendiriannya, khususnya dalam bidang ilmu kalam dan fiqih bercorak Ahlu sunnah wal jama’ah.
Keahliannya dalam bidang-bidang ilmu tersebut dapat dilihat dari karya-karya tulisnya yang cukup banyak. Menurut suatu sumber, ia mengarang kitab sekitar 115 buah, sedangkan menurut sumber lain sekitar 99 buah, yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu agama.
Di antara karangannya, dalam bidang tafsir ia menyusun kitab Tafsir al-Munir. Dalam bidang hadis, kitan Tanqih al-Qoul (Syarah Lubab Hadis). Dalam bidang tauhid, di antaranya kitab Fathul Majid dan kitab Tijan Ad-Durori yang berisi tentang masalah tauhid.
Dalam bidang fiqih di antaranya, kitab Sullam al-Munajah, at-Tausyih, dan Nihayah az-Zen. Dalam bidang akhlak atau tasawuf di antaranya, kitab Salalim Al-Fudhola, Mishbah az-Zalam, dan Dayah al-Hidayah.
Dalam bidang tarikh, di antaranya kitab Al-Ibriz adDani, Bugyah al-Awam, dan Fathu as-Samad. Dalam bidang bahasa dan kesusastraan, di antaranya kitab Fathu Ghafir, al-Khatiyyah, dan Lubab al-Bayan.
Beberapa keistimewaan dari karya-karyanya telah ditemukan oleh para peneliti, di antaranya kemampuan menghidupkan isi karangan sehingga dapat dijiwai oleh pembacanya, pemakaian bahasa yang mudah dipahami sehingga mampu menjelaskan istilah-istilah yang sulit, dan keluasan isi karangannya.
Buku-buku karangannya juga banyak digunakan di Timur Tengah. Kitab-kitab beliau banyak diterbitkan di Mesir. Selanjutnya, kitabkitab itu menjadi bagian dari kurikulum di Indonesia, bahkan Malaysia, Filipina, Thailand, dan juga Timur Tengah.
Syaikh Nawawi al-Bantani wafat dalam usia 84 tahun di Syeib Ali, sebuah kawasan di pinggir kota Makkah, pada 25 Syawal 1314 H/1879 M. Ia dimakamkan di Ma'la, Arab Saudi, dekat makam Ummul Mukminin, Khodijah binti Khuwailidi.
Selain Syekh Nawawi, ada pula ulama asal Indonesia yang juga dimakamkan di Ma'la, Yakni KH. Maimun Zubair, yang wafat saat pelaksanaan haji pada tahun 2019.
Baca Juga : Mengenal Sosok KH. Maimun Zubair
Demikianlah ulasan dan Biografi singkat dari Syekh Nawawi Banten, semoga bisa memberikan inspirasi dari sosok teladan beliau. Amin.
Posting Komentar untuk "Mengenal Lebih Dekat Syekh Nawawi Banten - Ulama Dunia Asal Indonesia"
Anda Mendapatkan Manfaat Dari Informasi Galeri Kitab Kuning? Tulis Komentar dengan Sopan, dan Tanpa memberi Link Aktif atau Non Aktif
Jangan Pakai Bahasa Yang Negative
Mohon maaf jika balasan kami telat, dan sesegera mungkin akan kami tanggapi.
Hormat Kami
Admin Galeri Kitab Kuning