Mengenal Asal usul Sejarah Marga Nasab Assegaf
Galeri Kitab Kuning | Dalam tulisan kali ini kami akan bagikan sejarah dan asal usul marga atau gelar dan nasab Assegaf.
Satu diantara ratusan Marga Habaib di Dunia yang cukup populer dan bisa dikatakan menjadi salah satu marga tertinggi adalah Assegaf.
Banyak sekali Habib dengan marga dan nasab Assegaf yang memiliki sosok dan tokoh kharismatik dan sangat dihormati.
Siapakah orang atau wali atau ulama pertama kali yang dijuluki Assegaf? kenapa diberi gelar Assegaf? berikut penjelasannya.
Asal usul Marga Al-Assegaf
Adapun orang yang pertama kali di juluki (digelari) "Asseggaf" ialah Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali binAlwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
Beliau dilahirkan dikota Tarim Hadramaut (Yaman Timur-Tengah). Dikaruniai 13 anak lelaki dan 7 anak perempuan. dari ke 13 anak lelakinya tersebut hanya 7 orang yang melanjutkan keturunannya.
Mereka adalah:
- 1. Abubakar Assakran,
- 2. Alwi ,
- 3. Ali ,
- 4. A'QiI,
- 5. Abdullah,
- 6. Husein,
- 7. Ibrahim.
Abdurrahman Asseggaf bin Muhammad Mauladdawilah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 819 Hijriyyah.
Latar Belakang Gelar Assegaf
So'al gelar (julukan) "Asseggaf" yang disandangnya itu karena Waliyullah Abdurrahman Asseggaf diketahui sebagai Pengayom para Wali pada zamannya.
Diibaratkan sebagai Atap (piyan) bangunan: yang dalam bahasa Arab disebut "Sagfun". Beliau sendiri sebenarnya berusaha menutupi kebesaran Martabatnya itu (karena tawaddu'nya).
Namun para Wali di zaman itu memproklamasikan beliau sebagai Pemimpin dan Pembimbing para Wali.
Baca Juga:
Mengenal Asal Usul Marga dan Gelar Nasab al-Habsyi
Ada pula yang pendapat, bahwa sebab julukan atau marga Assegaf disandang karena beliau sebagai pengayom para wali pada zamannya agar terhindar dari perkara bid'ah.
Para ulama ahli hakikat dan para wali yang bijaksana menamakan beliau 'as-Saqqaf', karena beliau menutup hal keadaannya dari penduduk di zamannya.
Beliau sangat benci dengan kesohoran. Ketinggian derajat beliau dari para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap bagi rumah.
Alhamdulillah, terima kasih kepada saudaraku semua yang telah menulis artikel ini. Saya yang awwam tentang dzurriyah baginda Nabi, sedikit banyak jadi mengetahuniya. Jazaakumullahu khoiron kastiiroo
BalasHapus