Teks Khutbah Jum'at : Islam Agama Ramah Budaya
Galeri Kitab Kuning | Pada materi khutbah kali ini menekankan bahwa islam bukanlah agama yang menakutkan seperti yang terlintas dalam pikiran orang-orang. Islam bukan agama yang anti budaya. Islam Memang agama yang berasal dari langit tetapi bukan berarti mengawang-awang, tidak membumi dengan realitas kehidupan manusia.
Baca Juga : Naskah Khutbah Terbaru : Anugerah Besar Bagi Orang Bertakwa
Baca Juga : Teks Khutbah Jum'at : Beberapa Hal Penting Seputar Haji
Berikut ini Teks Khutbah Jum'at : Islam Agama Ramah Budaya
Khutbah I
اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوَّى، وَالَّذِيْ قَدَّرَ
فَهَدَى. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ يَلْهَجُ أُوْلُوْ الْأَحْلَامِ
وَالنُّهَى. وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمٍ لَا يُحْصَى لَهَا عَدَدًا وَلَا أَبْلُغُ
لَهَا مُنْتَهَى. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ الْمَلِكُ الْكَبِيْرُ الْأَعْلَى. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى سَبِيْلِ الْأَقْوَمِ وَالْمُحَذِّرُ مِنْ
طُرُقِ الْهَلَاكِ وَالشَّقَا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَئِمَّةِ الْعِلْمِ
وَالْهُدَى أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهاَ الْحَاضِرُوْنَ الْمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ
اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَقَالَ أَيْضًا: وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعٰلَمِيْنَ
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Khatib mengajak di siang barakah ini kepada diri sendiri dan
kepada jamaah semua untuk memperkuat ketakwaan kita kepada Allah. Karena
pribadi yang muttaqin-lah yang menjadi parameter derajat kemuliaan manusia di
sisi Allah. Mari tingkatkan kualitas kepatuhan terhadap segala perintah dan
larangan-Nya.
Hadirin,
Islam dan budaya adalah dua hal yang berbeda. Islam terkait
dengan sumber ilahiah yang memiliki kebenaran mutlak karena berasal dari Tuhan,
sedangkan budaya berkenaan dengan pikiran, perilaku, dan kreativitas manusia.
Namun, dua hal ini memiliki keterkaitan yang sangat kuat, saling tumpang
tindih, dan saling menopang satu sama lain. Dengan bahasa lain, Islam dan
budaya memang berbeda tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Setiap manusia
pasti berbudaya. Karena inilah ciri khas yang membedakannya dengan spesies
binatang. Ketika agama samawi turun untuk manusia maka secara otomatis ia akan
bersentuhan dengan budaya manusia: tentang pakaian, pola makan, tempat tinggal,
serta cara berperilaku, berinteraksi dengan masyarakat dan alam, mengatasi
masalah, dan lain sebagainya.
Islam sendiri ketika hadir di jazirah Arab melalui Nabi
Muhammad saw tidak lantas memberangus semua budaya masyarakat jahiliyah. Rasulullah
memang melakukan reformasi budaya tetapi beliau tidak lantas menghapus total
budaya lama lalu digantikan dengan budaya yang sama sekali baru. Contohnya
adalah kasus ritual haji.
Sebelum Baginda Muhammad diutus sebagai nabi, masyarakat
jahiliyah sudah sejak lama memiliki tradisi tawaf di Ka’bah. Hanya saja, ketika
itu tawaf dilakukan dengan mengelilingi Ka’bah sambil bertelanjang busana.
Islam kemudian datang melanjutkan tradisi tawaf tersebut dengan mengubah
perilaku bertelanjang dengan busana yang terhormat. Tradisi zaman pra-Islam
lain yang kemudian diakomodasi ke dalam syariat Islam adalah puasa Asyura,
aqiqah atas kelahiran bayi, dan lain sebagainya. Meskipun Rasulullah melakukan
perubahan atas tradisi tetapi kesan bahwa Islam cukup akomodatif terhadap
budaya sangat tampak.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Kehidupan manusia adalah sesuatu yang terus bergerak. Budaya
manusia pada kenyataannya bukan hanya beragam tetapi juga bisa berubah-ubah.
Budaya di negara Indonesia bisa berbeda dari negara Amerika Serikat, negara
Amerika Serikat berbeda dari Arab, dan negara Arab berbeda dari Indonesia, dan
seterusnya. Bukan hanya itu, dalam perjalanan sejarah masing-masing negara bisa
mengalami perubahan-perubahan sehingga budaya pada satu zaman bisa berbeda pada
zaman lainnya. Di tengah dinamika semacam itu, Islam mesti tetap menunjukkan
nilai universalnya, membuktikan bahwa ia tetap layak untuk semua tempat dan
zaman (shalihun li kulli zaman wal makan).
Hadratussyekh KH Achamd Siddiq pernah mengatakan, universalitas
Isiam (ilâ kâffatil khaiqi) tidak berarti bahwa Islam mengatur segala-galanya
secara ketat, terperinci, dan seragam. Justru universalitas Islam itu tercermin
dalam bervariasinya cara pengaturan berbagai hal, dalam berbagai situasi dan
kondisi. Ada hal yang diatur secara terperinci dan seragam, ada hal yang diatur
pokok-pokoknya saja, sedang perinciannya diberikan kelonggaran kepada manusia
untuk mengaturnya sendiri. Jadi, menurut beliau, logislah kalau Islam mengakui
adanya nilai-nilai positif yang mungkin sudah ada dan sudah tumbuh pada manusia
atau sekelompok manusia, sebelum mereka menerima ajaran Islam. Terhadap
nilai-nilai "lama" ini, Islam tidak bersikap apriori menolak,
menentang, dan menghapuskannya sama sekali, tetapi bersikap akomodatif,
selektif dan proporsional:
● Ada yang harus
dikoreksi total.
● Ada yang harus
dikoreksi sebagian.
● Ada yang harus
diisi, ditambah.
● Ada yang harus
dikokohkan dan disempurnakan.
Memang di antara nilai-nilai lama itu ada yang tergolong negatif:
مَا وَجَدْنَا
عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا
"Mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek
moyang" Namun ada pula yang
tergolong positif:
وَاَمَّا مَا
يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الْاَرْضِ
"Yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di
bumi"
Jamaah as’adakumullah, Dalam menghadapi budaya, tradisi,
atau kebiasaan di masyarakat, umat Islam terutama ulamanya dituntut untuk
senantiasa berhati-hati dan mengedepankan akhlaqul karimah. Termasuk dalam
akhlak mulia itu adalah menyesuaikan dan menghormati apa yang sedang atau masih
membudaya di masyarakat selama itu bukan tindakan maksiat. Rasulullah bersabda,
اتَّقِ اللّٰهَ
حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ
بخُلُقٍ حَسَنٍ رواهُ التِّرْمذيُّ وقال: حديثٌ حسنٌ
Artinya, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun berada.
Susullah keburukan dengan kebaikan niscaya (kebaikan itu) akan menghapusnya.
Pergaulilah masyarakat dengan budi pekerti yang baik” (HR at-Tirmidzi,
menurutnya ini hadits hasan).
Syekh Abdul Wahab asy-Sya’rani dalam Tanbihul Mughtarin
menjelaskan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib memaknai “budi pekerti yang
baik” dalam hadits tersebut sebagai,
مُوَافَقَةُ النَّاسَ فِيْ كُلِّ شَيْءٍ مَا
عَدَا الْمَعَاصِي
Artinya, “Menyesuaikan diri dengan masyarakat dalam segala
hal kecuali kemaksiatan.”
Hadirin, Dari sini tampak jelas betapa para wali dan ulama
penyebar Islam di Nusantara ini dulu memiliki kearifan dan pandangan yang luas
tentang bagaimana menyikapi masyarakat. Tradisi tahlilan, selamatan, nyadran
(haul), maulid Nabi, dan tradisi keagamaan lain yang hidup di sekitar kita
sebagian adalah buah kecerdasan mereka dalam beradaptasi dengan masyarakat
sasaran dakwah mereka. Lain masyarakat tentu saja lain budaya, lain pula cara
kita merespons dan menyesuaikan diri. Andai para penyebar Islam di Nusantara
ini tidak ramah terhadap budaya, kita tidak tahu apakah umat Islam akan menjadi
mayoritas di Indonesia seperti sekarang ini. Perilaku untuk merangkul, tidak
gampang menyalahkan, sembari memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki perlu
kita teladani dari ulama-ulama terdahulu. Semoga Allah menganugerahi kita semua
sifat-sifat lembut dan kasih sayang, sehingga mampu bergumul di masyarakat
tanpa menyakiti, merusak, merugikan, apalagi mezalimi mereka.
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلَآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Posting Komentar untuk "Teks Khutbah Jum'at : Islam Agama Ramah Budaya "
Anda Mendapatkan Manfaat Dari Informasi Galeri Kitab Kuning? Tulis Komentar dengan Sopan, dan Tanpa memberi Link Aktif atau Non Aktif
Jangan Pakai Bahasa Yang Negative
Mohon maaf jika balasan kami telat, dan sesegera mungkin akan kami tanggapi.
Hormat Kami
Admin Galeri Kitab Kuning